“Masih ada langit diatas langit”
Anonim
Ada dua pilihan
ketika mengalami kegagalan, entah itu dalam hal karier, pendidikan, keluarga, bisnis
atau percintaan: menyalahkan oranglain atau introspeksi diri. Saya tidak akan
membahas yang pertama karena hanya akan buang-buang waktu saja.
Introspeksi diri
adalah proses evaluasi pada faktor internal: sikap, pemikiran, keputusan dan
tindakan yang dihasilkan oleh kita sendiri. Seberapa banyak kita mengambil
referensi atau teladan dari orang lain, yang kemudian kita olah secara bijak
dan memberikan perubahan yang baik bagi hidup kita sendiri.
“Pantaskanlah
diri anda untuk menerima yang besar”
“Pantaskanlah
diri anda bagi sebaik-baiknya belahan jiwa”
“Jika anda ingin
sukses, maka pantaskan diri anda untuk sukses”
Tidak
dipungkiri, kalimat diatas banyak memotivasi orang untuk bangkit dan bergerak. Mati-matian
bangkit, memaksa diri keluar dari zona nyaman, meninggalkan lingkungan lama
yang tidak mendukung. Jatuh-bangun bangkit dari proses menempa diri untuk
mencapai tujuan. Ujian demi ujian dilalui dengan tabah. Demi meng-upgrade diri,
demi memantaskan diri.
Banyak yang
akhirnya berhasil. Ya, memang begitulah hukum alam, siapa yang
bersungguh-sungguh pasti akan sukses. Berhasil mencapai tujuan, mencapai
kesuksesan, mendapatkan yang diinginkan. Merayakan keberhasilan bisa dengan
banyak cara. Ada yang sujud syukur, traktir makan teman-teman, pesta-pora,
bersedekah, membeli segala sesuatu yang sudah lama diidam-idamkan dan banyak
cara lainnya. Merayakan keberhasilan sejatinya adalah memberikan reward kepada
diri sendiri atas kerja keras yang telah ditempuh selama proses menuju
keberhasilan. Hal yang manusiawi sekali.
Namun tidak
sedikit pula yang lupa, bahwa keberhasilan pada dasarnya adalah tentang PROSES,
bukan sekedar HASIL. Dan tercapainya tujuan bukan berarti segalanya, bukan
berarti perjuangan hidup telah usai, akan seterusnya hidup enak, tenang,
nyaman. Bagaimana hati, pikiran dan emosi kita ikut terbentuk selama berproses
itulah yang membentuk kita menjadi pribadi baru, lebih baik atau tidak.
“Dulu waktu saya
susah, ga ada yang mau temenan dengan saya. Sekarang jangan harap saya mau berteman
dengan mereka yang menghina saya dulu!”
“Dulu aja
cewek-cewek itu nolak saya, sekarang pada ngejar-ngejar!”
“Saya bisa
berhasil karena kerja keras saya sendiri, bukan dengan minta-minta ke orang,
ngapain saya musti bantuin mereka!”
Kalimat semacam
diatas pasti pernah kita dengar ya, entah itu dari orang yang kita kenal
ataupun di media sosial dan internet. Disinilah kedewasaan seseorang diuji,
apakah dia memang sudah “pantas” dan “siap” dengan hasil yang telah dia
perjuangkan, atau sebenarnya dia justru sedang diuji dengan keberhasilannya
tersebut. Keberhasilan yang menghasilkan hasrat untuk balas dendam, justru
sebenarnya menunjukkan bahwa orang tersebut belum berhasil secara emosional.
Pikiran dan tenaga mungkin telah berjuang mati-matian, tapi dengan membawa hati
yang masih memendam sakit.
Jangan jumawa
dulu jika sedang dianugerahi banyak kesenangan dan kemudahan, bisa jadi itu
adalah ujian-Nya yang kapan pun bisa Dia balikkan menjadi kesulitan dan
kesempitan. Walaupun itu adalah hasil kerja keras dan perjuangan kita, tanpa
ridho-Nya, semuanya tidak akan jadi apa-apa. Allah itu Maha Besar, makanya Dia
bisa merencanakan apa saja terhadap mahluk-Nya.
#NtMS (Note to My Self)
0 comments:
Post a Comment